Alam jin adalah alam
yang berdiri sendiri, ia terpisah dan berbeza dengan alam manusia tetapi
kedua-duanya hidup dalam dunia yang sama, kadang tinggal di dalam rumah
yang dibina atau di diami manusia. Kedua-duanya pun mempunyai persamaan
yakni wajib untuk beribadah kepada Allah: "Tidaklah aku ciptakan jin
dan manusia kecuali hanyalah untuk beribadah kepadaKu" (Surah
Adz-Dzariyat 51:56).
Menurut Ibnu Aqil
sebagaimana dikutip asy-Syibli dalam bukunya Akam al-Marjan fi Ahkam
al-Jann, mengatakan bahawa makhluk ini disebut dengan jin kerana secara
bahasa jin bermaksud yang tersembunyi, terhalang, tertutup. Disebut jin,
kerana makhluk ini terhalang (tidak dapat dilihat) dengan mata kasar
manusia. Oleh kerana itu, bayi yang masih berada di dalam perut ibu,
disebut janin (kata janin dan jin mempunyai kata dasar yang sama iaitu
jann) kerana ia tidak dapat dilihat dengan mata. Demikian juga orang
gila dalam bahasa Arab disebut dengan majnun (dari kata jann juga)
kerana akal sehatnya sudah tertutup dan terhalang.
Sedangkan kata syaitan,
dalam bahasa Arab berasal dari kata syathona yang bererti ba'uda (jauh,
yakni yang selalu menjauhkan manusia dari kebenaran). Kemudian kata
syaitan ini digunakan untuk setiap makhluk berakal yang derhaka dan
membangkang (kullu 'aat wa mutamarrid). Pada awalnya istilah setan
(syaitan) ini diberikan kepada salah satu golongan jin (Iblis) yang
beribadah kepada Allah dan tinggal bersama dengan malaikat di dalam
syurga. Akan tetapi ketika mereka menolak untuk sujud kepada Adam kerana
membangkang kepada perintah Allah, maka diusirnya dari syurga dan sejak
itu ia menjadi makhluk yang terkutuk sampai hari kiamat kelak.
DONLOT DOANYA DI SINI....
DONLOT DOANYA DI SINI....
MAKALAH HUKUM WARIS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
SYARIAT Islam
menetapkan aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur dan adil. Di dalamnya
ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap manusia, baik laki-laki maupun
perempuan dengan cara yang legal. Syariat Islam juga menetapkan hak pemindahan
kepemilikan seseorang sesudah meninggal dunia kepada ahli warisnya, dari
seluruh kerabat dan nasabnya, tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan,
besar atau kecil.
Al-Qur'an menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum
yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang pun. Bagian
yang harus diterima semuanya dijelaskan sesuai kedudukan nasab terhadap
pewaris, apakah dia sebagai anak, ayah, istri, suami, kakek, ibu, paman, cucu,
atau bahkan hanya sebatas saudara seayah atau seibu.
Oleh karena itu, Al-Qur'an merupakan acuan utama hukum dan
penentuan pembagian waris, sedangkan ketetapan tentang kewarisan yang diambil
dari hadits Rasulullah saw. dan ijma' para ulama sangat sedikit. Dapat
dikatakan bahwa dalam hukum dan syariat Islam sedikit sekali ayat Al-Qur'an
yang merinci suatu hukum secara detail dan rinci, kecuali hukum waris ini. Hal
demikian disebabkan kewarisan merupakan salah satu bentuk kepemilikan yang
legal dan dibenarkan AlIah SWT. Di samping bahwa harta merupakan tonggak
penegak kehidupan baik bagi individu maupun kelompok masyarakat.
0 Response to "Islam"
Post a Comment